Nur Sriyanti

Belum menuliskan informasi profilenya.

Selengkapnya
Navigasi Web

RESISTENSI EKONOMI PASCA PANDEMI

Tahun 1997 Indonesia dilanda krisis Moneter,inilah tahun terberat yang dihadapi karena nilai tukar rupiah yang melemah dan berefek kepada kenaikan harga barang dan pergerakkan ekonomi Indonesia. Terjadinya krisis Pangan hingga krisis bahan bakar minyak yang saat itu melanda ekonomi dunia, kemudian menyebabkan timbulnya krisis finansial (financial crisis) yang sampai saat ini belum selesai. Negara bagian Amerika Serikat (AS) adalah negara awal krisis ekonomi terjadi yang kemudian efeknya sangat besar kepada Negara- negara Asia akibat dari melemahnya nilai mata uang dan terjadi goncangan Ekonomi disektor usaha-usaha kecil maupun besar. Tidak sedikit usaha tersebut tutup dan Gulung Tikar,PHK terjadi dimana- mana,meningkatnya jumlah penduduk miskin baik di Indonesia maupun dinegara lain.

Tahun 2007 hingga 2008 ini menjadi tahun yang amat berat bagi ekonomi dunia. Setelah krisis bahan bakar (fuel) dan pangan (food), saat ini ekonomi dunia dihadapkan pada krisis finansial (financial) yang dampaknya telah begitu terasa dan masih akan terus berlangsung. Untuk krisis terakhir, yaitu 4ukrisis finansial, karena berasal dari Amerika Serikat (AS), pelaku nomor satu ekonomi dunia saat ini, maka dampaknya berimbas pada lebih banyak bidang dan melibatkan lebih banyak negara, termasuk Indonesia. Alan Greenspan, mantan Gubernur Bank Sentral AS (The Fed) bahkan menyebut krisis ini sebagai ‘once-in-century’ financial crisis-nya yang akan dan terus membawa dampak terhadap perekonomian global. International Monetary Fund (IMF) bahkan menyebutnya sebagai ‘largest financial shock since Great Depression’, yang menandakan betapa dalam krisis telah terjadi [Hamid,2009].

Kondisi Ekonomi seluruh negara pada tahun 2020 ini cukup menguras dan menyita perhatian, apalagi hadirnya coronavirus disease that was discovered in 2019 {COVID 19} menimbulkan kengoncangan dan tekanan berat yang memperngaruhi hampir semua system. Tindakan-tindakan preventif dilakukan agar penyebaran virus ini tidak meluas, Perusahaan, sekolah, kantor-kantor dan Usaha-usaha kecil terpaksa harus tutup untuk mengantisipasi agar tidak banyak korban. Dampak dari tindakan yang dilakukan sangat besar terhadap pergerakan ekonomi masyarakat. Virus corona mulai merebak disekitar wilayah Wuhan dan kini telah menjangkiti lebih dari 100 negara. Sebanyak lebih dari 100.000 orang di dunia dinyatakan positif terinfeksi virus ganas ini. Jumlah kasus baru yang dilaporkan di China memang menurun. Namun lonjakan kasus justru terjadi di Korea Selatan, Italia dan Iran. Semakin meluasnya wabah corona ke berbagai belahan dunia menjadi ancaman serius bagi perekonomian global. "Penyebaran COVID-19 yang semakin meluas akan memperlama periode jatuhnya perekonomian Asia Pasifik. Australia, Hong Kong, Singapura, Jepang, Korea Selatan dan Thailand diprediksi terancam terseret ke dalam jurang resesi, menurut S&P. Selain itu perkiraan pertumbuhan ekonomi China untuk 2020 dari 5,7% diprediksi turun menjadi 4,8%. Negara yang perekonomiannya akan sangat terkena imbasnya adalah Hong Kong, Singapura, Thailand dan Vietnam mengingat sektor pariwisata menyumbang hampir 10% dari Produk Domestik Bruto (PDB) negara tersebut. "Pelancong dari China berkontribusi besar terhadap total turis asing di negara tersebut. Masalahnya virus ini pertama kali menyerang China yang notabene merupakan negara dengan perekonomian terbesar kedua di dunia dan juga sebagai negara yang menyandang status "global manufacturing hub" (5 Ngerinya Ramalan S&P Soal Corona ke Ekonomi, RI Bisa Selamat - Halaman 2, n.d. 2020).

Pada saat pemerintah sedang berupaya untuk mengoptimalkan kondisi perekonomian Indonesia, pandemi Covid-19 datang dengan segala dampak negatifnya. Seperti yang kita ketahui sekarang bahwa dampak dari pandemi ini sangat berpengaruh dalam segala aspek terutama pada kondisi kesehatan dan perekonomian Negara. Dengan adanya pandemi Covid-19 tidak dapat dipungkiri bahwa perekonomian Indonesia saat ini sedang berada dalam kondisi yang bisa dibilang “sangat tidak stabil”. Beberapa lembaga riset kredibel dunia memprediksi dampak buruk penyebaran wabah ini terhadap ekonomi global. Sementara itu di Indonesia Menteri Keuangan, Sri Mulyani Indrawati memprediksi pertumbuhan ekonomi dalam skenario terburuk bisa mencapai minus 0,4%. Diantara bentuk upaya yang diserukan dan dilakukan oleh dunia untuk mengurangi penyebaran wabah ini adalah dengan social atau physical distancing. Ternyata gerakan ini begitu berpengaruh besar pada penurunan aktivitas ekonomi secara keseluruhan. Dalam kajian teori ilmu ekonomi, physical distancing atau pengetatan dan pembatasan aktifitas masyarakat akan berakibat pada penurunan Agregat Supply (AS) dalam perekonomian yang berdampak pada penurunan jumlah produksi atau quantitiy (Q). Kondisi dimana masyarakat terpaksa harus berdiam diri di rumah (stay at home), berdasarkan hukum supply dan demand, lambat laun akan menyebabkan penurunan permintaan secara agregat atau Agregat Demand (AD) yang berujung pada jumlah produksi yang terus menurun. Proses penurunan perekonomian yang berantai ini bukan hanya akan menimbukan guncangan pada fundamental ekonomi riil, melainkan juga merusak kelancaran mekanisme pasar antara permintaan dan penawaran agar dapat berjalan normal dan seimbang. Mengingat bahwa aspek-aspek vital ekonomi yaitu supply, demand dan supply-chain telah terganggu, maka dampak krisis akan dirasakan secara merata ke seluruh lapisan atau tingkatan masyarakat.

Berhubung ketahanan setiap lapisan atau tingkatan tersebut berbeda-beda, maka masyarakat ekonomi golongan menengah ke bawah khususnya mikro dan pekerja informal berpendapatan harian, tentu menjadi kelompok yang paling rentan terkena dampaknya. Dampak di sektor riil tersebut kemudian akan menjalar ke sektor keuangan yang tertekan (distress) karena sejumlah besar investee akan mengalami kesulitan pembayaran kepada investornya.

BERSAMBUNG.....................

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

keren infonya, di tunggu kelanjutannya

04 Jul
Balas

Smoga Indonesia tidak mengalami krisis seperti tahun 1997.Salam literasi

04 Jul
Balas



search

New Post